Bupati Muda Pastikan Seleksi KRTV Objektif


Festival video blog (vlog) bertajuk Kubu Raya Traveler Vlog Festival (KRTV)) memasuki babak baru. Setelah tahapan pendaftaran sejak 2 Januari 2020 lalu, tercatat sebanyak 89 vlog karya peserta festival masuk ke meja panitia.

Perwakilan panitia KRTV, Ahmad Sofyan, menerangkan, dari 89 vlog yang masuk dewan juri akan mengkurasi hingga menjadi 40 vlog. Kemudian proses kurasi kembali dilakukan hingga menjadi 20 vlog.

“Nah, 20 vlog ini yang masuk babak final yang kemudian akan dinilai pada 7 Maret mendatang dari pagi hingga sore,” tutur Ahmad Sofyan pada acara makan malam bersama peserta KRTV di kediaman Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan, Sabtu malam (22/2).

Ahmad mengungkapkan, proses penilaian pada 7 Maret 2020 akan digelar terbuka di Hotel Gardenia Kubu Raya. Dari kedua puluh finalis akan dicari 14 pemenang dari tujuh kategori. Itu tidak termasuk tambahan pemenang favorit Bupati Kubu Raya dan pemenang favorit berdasarkan banyaknya pilihan suka di saluran berbagi video (Youtube) milik panitia.

“Yang menjadi penting, angka hadiah Rp 60 juta itu bukan hanya menjadi tujuan. Tapi bagian dari stimulus untuk para peserta bekerja dan membuat karya yang jauh lebih baik lagi. Nanti juga ada vlog terfavorit dengan salah satu penilaian dari jumlah ‘like’ di Youtube panitia. Supaya lebih adil karena semua peserta akan berjuang sama-sama dari nol. Untuk kategori ini akan dinilai hingga 5 Maret pukul 23.59,” tuturnya.

Ahmad mengatakan, perhelatan KRTV Fest merupakan momen penting untuk berkreasi. Sekaligus memajukan semua potensi wisata yang ada di Kubu Raya.

“Kami dari panitia mengucapkan banyak terima kasih dan salut untuk semua peserta. Salam wisata dan salam kreatif,” ucapnya.

KRTV Festival adalah festival video blog yang bertujuan mengangkat potensi-potensi wisata di Kabupaten Kubu Raya melalui media kreatif. KRTV Fest mengusung tema “Menggali dan Mengembangkan Potensi Wisata di Kabupaten Kubu Raya”.

Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengatakan, KRTV Fest merupakan ajang membangun semangat dan mimpi anak-anak muda. Ia menyebut festival dilaksanakan dengan tujuan memberikan ruang kreasi kepada anak-anak muda.

Menurutnya, ide menggelar festival bersifat spontan. Berdasarkan fenomena yang ada dan merespons pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang punya dampak kuat.

“Kita ingat dengan film Laskar Pelangi. Di mana Belitung sebagai lokasi peristiwa dalam film itu sebelumnya tidak dikenal bahkan posisinya tidak strategis seperti Kubu Raya yang memiliki bandara. Tapi begitu ada film itu, Belitung pun menjadi daerah tujuan. Ribuan orang hadir ingin tahu daerah tersebut. Itu karena Laskar Pelangi,” tuturnya.

Muda mengungkapkan, keputusan untuk menggelar festival vlog, alih-alih film pendek, dilakukan guna memberikan akses yang luas kepada siapapun untuk menjadi peserta. Dengan vlog diharapkan banyak pihak yang bisa terlibat dan berekspresi secara mandiri.

“Makanya kita memutuskan untuk memulai dengan vlog. Agar semuanya bisa menceburkan diri dan memaksimalkan potensi strategi dan cara. Khususnya untuk menyampaikan dan meyakinkan banyak orang tentang destinasi wisata yang ada di Kubu Raya. Baik wisata kuliner, minat khusus, alam, religi, budaya, sejarah, edukasi, dan sebagainya,” paparnya.

Muda menyebut KRTV Fest menyasar kaum muda dan kalangan progresif. Bahkan lebih jauh ia mengungkapkan, hampir semua program Pemerintah Kabupaten Kubu Raya punya sasaran utama kaum muda. Di Kubu Raya, sebutnya, generasi muda adalah sasaran prioritas. Sebab menurutnya keadaan generasi muda adalah potret yang menentukan kemajuan peradaban di suatu daerah bahkan negara.

“Di tangan anak-anak muda ini apabila mau rusak ya rusak semua. Tapi kalau kita mau betul-betul membangun negeri, peradaban, dan generasi berkualitas, maka di tangan anak-anak mudalah jawabannya,” jelasnya.

Selain upaya membangun pariwisata daerah, Muda menilai festival vlog adalah cara membangun kreativitas, imajinasi, dan kemampuan berkomunikasi yang baik. Menurut dia, kesemua itu bisa membuat adanya pengembangan diri bagi kepribadian kaum muda.

“Jadi sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Ada dampak bagi yang peserta dan daerah-daerah destinasi wisata. Karena sekarang ini Kubu Raya sedang gencar menggenjot genjot desa-desa yang ada menjadi desa wisata. Semua penjuru kita dorong dengan beragam aktivitas dan modal sosial yang tinggi itu,” paparnya.

Muda menambahkan, bagi daerah-daerah yang dipromosikan, festival juga menjadi pemicu untuk adanya percepatan pembangunan. Khususnya terkait konektivitas terhadap destinasi wisata yang ada.

“Dengan kita datang setidak-tidaknya akan menjadi sebuah magnet juga yang nanti bisa menjadi upaya bagi masyarakat untuk mempercepat pembangunan yang punya konektivitas terhadap destinasi wisata itu,” terangnya.

Ia memastikan jalannya seleksi terhadap 89 karya vlog peserta akan berjalan objektif. Karena sejak awal dirinya menginginkan adanya nilai integritas dalam sebuah kompetisi.

“Dari awal kita sudah berikan suatu pondasi pelaksanaan dengan integritas yang baik. Bagi yang nantinya belum beruntung memenangkan, itu tidak berarti kalah. Karena sudah punya keberanian mengikuti ajang ini dan itu sangat kami hargai,” ucapnya.

Kepala Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kubu Raya, Iping Hindrawati, mengatakan cukup banyak potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Kubu Raya. Mulai dari bentang keindahan alam, keragaman flora dan fauna, dan heterogenitas budaya serta adat istiadat.

Kesemuanya, menurut dia, menjadi sumber daya penting yang jika dikelola sangat mungkin untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Jadi melalui ajang KRTV Fest 2020 hal itu bisa dimaksimalkan. Tentunya butuh waktu dan proses. Selain sebagai sarana untuk lebih mengenalkan dan mengeksplorasi, juga dapat mengangkat potensi-potensi yang ada di Kubu Raya melalui media kreatif yakni video blog atau vlog,” paparnya.

Eko Wahyudi, traveler dunia asal Kota Pontianak, menyebut dua jenis sifat wisatawan. Pertama wisatawan Indonesia, yang lebih tertarik dengan dokumentasi foto dan video. Dan kedua wisatawan asing, yang menyukai orisinalitas alam dan budaya dengan tidak terobsesi pada kegiatan dokumentasi.

“Jadi di situlah letak menangnya Kabupaten Kubu Raya dengan potensi alam dan modal sosial yang ada. Karena alam kita itu khususnya Kalimantan sudah dikasih Tuhan. Tinggal dijaga saja,” sebut Eko, mantan PNS yang sudah berkelana ke-75 negara ini.

Mengangkat pariwisata daerah, Eko menilai tidak perlu investor dari luar. Melainkan cukup memaksimalkan potensi sumber daya manusia yang ada khususnya generasi muda. Menurut dia, aset terbesar membangun wisata adalah keberadaan anak-anak muda.

“Anak-anak muda mereka itu praktis. Tidak suka birokrasi. Uang bukan segalanya buat mereka. Mereka hanya perlu eksistensi dan diakui karya-karyanya. Dan itu sangat membantu untuk dinas pariwisata,” terangnya.

Mempromosikan destinasi wisata daerah, Eko menyebut hal terpenting adalah memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang ada. Menurut dia, dinas pariwisata harus mulai bergeser dari cara-cara lama.

“Dinas pariwisata buat baliho, spanduk, brosur hanya menghabiskan uang. Yang paling tepat adalah maksimalkan Instagram, Facebook, Youtube, kemudian share. Itu ribuan orang yang menerima,” sebutnya.

Terpenting, lanjut Eko, menambah cara pandang dalam mempromosikan potensi wisata yang ada. Yakni dengan menggunakan bahasa internasional yaitu bahasa Inggris. Menurut dia, kelemahan terbesar dalam promosi wisata adalah jarangnya literasi atau informasi yang disampaikan dalam bahasa Inggris.

“Itu fatal sekali. Termasuk vlog-vlog, mestinya nanti juga gunakan bahasa Inggris. Bayangkan kalau kita share ke dunia. Logonya itu tidak lagi ‘Kubu Raya untuk Indonesia, tapi ‘Kubu Raya untuk Dunia’. Itu sangat prospek. Saya serius. Tinggal mainkan hashtag. Jadi sangat hemat dan efisien. Dan untuk para influencer dan youtuber, terus bersemangat karena ini pasarnya luas sekali. Saya dulu PNS sampai berhenti gara-gara ini dan Alhamdulillah hasilnya memadai,” paparnya.