Jarot Inisiatif Karantina Dirinya Sendiri

Bupati Sintang, Jarot Winarno sedang mengkarantina dirinya sendiri di rumah. Dia mengaku tidak terpapar corona, hanya sebagai antisipasi sepulangnya dari acara Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Kalimantan Barat yang digelar di Pontianak.


"Saya ini karantina mandiri atas anjuran Pak Sinto (Kadinkes Sintang), kerja di rumah saja atau pendopo. Saya harus menjaga jarak dengan orang selama 14 hari. Kenapa 14 hari, karena inkubasi kita bersentuhan dengan kuman sampai muncul sakit, biasanya dalam waktu 14 hari. Jadi, kalau selama 14 hari kita sehat, kemungkinan besar tidak kena corona," kata Jarot.

Jarot terkategorikan sebagai orang dalam pemantauan (ODP) yang artinya masyarakat yang melaporkan diri sendiri melalui hotline Covid-19 Dinkes.

Bukan hanya Jarot yang melakukan karantina mandiri, ini juga dilakukan oleh Ketua DPRD Sintang, sejumlah Anggota DPRD Sintang, Sekda Pemkab Sintang, dan orang-orang yang turut dalam rombongan Bupati.

Bupati Jarot Winarno meminta masyarakat percaya penuh pada pemerintah, terkait penanganan corona di Bumi Senentang.

"Saya ini dokter ahli epidemiologi. Saya ada di tengah-tengah masyarakat saat 16 ribu kasus hepatitis E di Kota Baru (Kabupaten Melawi). Ndak mungkinlah saya lengah, sampai ndak jaga nyawa masyarakat Sintang," tegasnya.

Pernyataan itu disampaikan Jarot saat Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) dan Pembentukan Gugus Tugas Quick Response Penanganan Pendemic Covid-19 di Kabupaten Sintang, yang juga dihadiri para wartawan, Selasa(17/3).

Jarot kemudian menunjukkan bukti percakapan dirinya dengan mahasiswa Sintang yang kuliah di Tiongkok, melalui layar proyektor. Mahasiswa tersebut melapor ke dirinya, ketika yang bersangkutan mengevakuasi diri dari negara Tirai Bambu. Chat itu dibacakan kembali oleh Jarot saat rapat.

"Tengok tu, 30 Januari 2020, mahasiswi yang kuliah di China sudah kontak-kontakan dengan saya. Kita sudah tracing sejak awal. Kejadian pertama kali coronavirus itu tanggal 29 Desember. Kalau kita dokter, jadi tahu mana yang bahaya. Siapa yang ada di China, termasuk buruh migran yang berhasil dibebaskan, dan sudah kembali ke Tebidah," jelasnya.

Jarot mengatakan, mereka tersebut merupakan orang dengan pengawasan 01 dan 02. Beberapa minggu kemudian, ada lagi orang dalam pengawasan 03 yang merupakan "alumni" dari Natuna. Kemudian, 04 dan O5 adalah warga Serawai yang pulang dari luar negeri, posisi sekarang di Melawi. 06 dan 07 ada di Sintang.

"Sedangkan 08, kemungkinan ada di Masuka. Tapi masih kita cari. Yang jelas kita sudah tracing sejak awal," tukas Jarot.