Airlangga Hartarto: Kartu Prakerja Menjadi First Line of Defense Hadapi PHK

Program kartu prakerja yang dijalankan pemerintah saat ini adalah hasil modifikasi. Semula program itu dirancang untuk tujuan pendidikan reskilling dan retraining calon pekerja memasuki era digital.


Demikian dikemukakan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam acara TVRI Nasional bertemakan Stimulus Pemulihan Paska Covid-19, pada Rabu (13/5), modifikasi program Kartu Prakerja dilakukan karena wabah Covid-19 melanda Indonesia di awal Maret silam.

"Karena adanya pandemi Covid-19, programnya diubah sehingga ini firstline of defense PHK,” terang Airlangga.

Dengan perubahan target tersebut,  jenis pelatihan Kartu Prakerja pun disesuaikan. Dari yang semula berupa pelatihan untuk mempersiapkan calon pekerja memasuki era digital, menjadi pelatihan yang lebih sederhana.

"Diturunkan agar bisa sesuai dengan mereka yang pekerja harian lepas, pengemudi ojol, sehingga dilakukan pelatihan yang sederhana," ujar Airlangga.

Lebih lanjut Airlangga menjelaskan, dalam prosesnya Kartu Prakerja bisa dijadikan jaring pengaman ekonomi untuk mereka yang terkena dampak Covid-19 dengan cara mandiri.

"Mandiri itu masing-masing mengisi sendiri, di situ kita punya waiting list data berdasarkan persyaratannya. Yakni dia tidak sedang berekolah, dites dengan data dakodik di Diknas," jelasnya.

Selain itu, masyarakat penerima bantuan sosial dari pemerintah juga tidak bisa mengikuti program Kartu Prakerja. Mereka akan dicek oleh pemerintah melalui kode NIK dan juga DTKS.

"Dan juga di dalam proses itu ada face recognition, jadi ada selfie sehingga ada beberapa layer, yang membuat dia qualified mendapatkan Kartu Prakerja," terangnya.

Mereka yang telah terdaftar sebagai peserta dapat  memilih jenis pelatihan yang diinginkan.

"Ada gratis ada yang berbayar. Yang gratis ada di sisnaker ada pelatihan kelautan perhubungan dan sebagainya. Sedangkan yang berbayar Rp 100 ribu, Rp 75 ribu sampai Rp 300-400 ribu," demikian Airlangga Hartarto.